Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI) meminta Gubernur DKI
Jakarta Joko Widodo (Jokowi) tidak menganaktirikan pedagang kaki lima
(PKL). APKLI berharap Jokowi komitmen dengan janjinya saat mencalonkan
diri sebagai orang nomor satu di DKI.
"Jangan berbeda ketika
kampanye dan setelah jadi. Pak Jokowi jangan jadikan PKL ini prioritas
nomor 10," kata Ketua APKLI Hoiza Siregar saat dihubungi Kompas.com, Selasa (16/7/2013).
"Dulu saya yang bawa Jokowi. Sekarang saya dicegat terus sama anggota-anggota, mana janji Jokowi," ujarnya lagi.
APKLI
khawatir rencana relokasi yang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov)
DKI Jakarta bakal berdampak besar pada penurunan omzet pedagang kaki
lima (PKL) Pasar Tanah Abang karena kehilangan pelanggan mereka.
Hal
itu berkaca dari pengalaman relokasi 2005 saat pedagang mengalami
penurunan omzet secara tajam. Menurut Hoiza, di Blok G sangat sepi
pembeli sehingga pada saat itu pedagang memilih kembali melantai
memadati badan jalan Pasar Tanah Abang.
Hoiza menegaskan,
pihaknya sepakat dan mendukung rencana Jokowi-Basuki menata kota. Hanya
saja, dia meminta rencana yang solutif. Artinya, tempat baru PKL kelak
harus mudah dijangkau pembeli.
"Apa mereka (pedagang) harus
nunggu pembeli? Jadi maksudnya, kita mengharapkan mereka (Pemprov)
memfasilitasi tempat yang ada pembeli," jelas Hoiza.
APKLI khawatir lagu lama bakal diputar kembali. Setiap kali ada relokasi, pedagang selalu kembali berjualan di lokasi lama.
"Berarti
di sana tidak ada pembeli. Pembeli kita sukanya belanja di jalan. Enam
puluh persen masyarakat kita ini senangnya membeli di kaki lima, mereka
ini yang penghasilannya Rp 3 juta ke bawah," lanjut Hoiza.
Selain
lokasi yang mudah diakses pembeli, APKLI berharap Pemprov DKI Jakarta
juga memberikan pendampingan. Hoiza melihat pedagang perlu diberi
pengetahuan bagaimana berjualan yang baik.
"Harus ada
pendampingan. Bagaimana menjaga kebersihan dan keamanan. Supaya dia
tidak kembali (ke jalan) lagi. Kenapa? Karena tempat (baru) ini berbeda
dari yang sebelumnya (di jalanan)," tutur Hoiza.
sumber: kompas.com
No comments:
Post a Comment